DASH Diet

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif dan  man made diseases yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Transisi epidemiologi ini disebabkan karena terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2006 dalam Rahajeng E & Tuminah, S., 2009).

Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (WHO, 2005 & JNC-7, 2003 dalam Rahajeng E & Tuminah, S., 2009).

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung

 

koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit-penyakit tersebut, hipertensi dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes mellitus dan lain-lain (Kearney, et. al, 2002 dalam Sugiharto, A., 2007). Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (WHO, 2005 dalam Rahajeng E & Tuminah, S., 2009).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di masyarakat. Berarti 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan.

Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus kesajian siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi (Sugiharto, A., 2007).

Dalam menurunkan dan mengontrol tekanan darah, pendekatan dietetic Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) sangat direkomendasikan. Karena DASH lebih menekankan pada diet buah dan sayur kaya serat serta rendah garam. Uji klinis di Amerika Serikat dan Eropa Utara menunjukkan bahwa mengurangi natrium klorida dapat menurunkan tekanan darah (Sacks FM, et al, 2001).

Dietary Approacch to Stop Hypertension (DASH) merupakan diet bagi pasien-pasien hipertensi. Salah satu penanggulangan hipertensi yang direkomendasikan adalah pendekatan dietetik untuk menghentikan hipertensi atau dikenal dengan sebutan DASH sebab selama ini dilakukan hanya dengan pengaturan garam dan natriumnya saja (diet rendah garam), namun tidak memperhitungkan kualitas suatu susunan hidangan. DASH umumnya mencakup diet sayuran serta buah yang banyak mengandung serat pangan (30 gram/hari) dan mineral tertentu (kalium, magnesium serta kalsium) sementara asupan garamnya dibatasi (Hartono, A., 2012).

Penelitian tentang DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah, sayur dan produk susu rendah lemak (susu skim, yoghurt), mengurangi saturated fatty acid (SAFA) dan total lemak seperti daging yang berlemak dapat menurunkan tekanan sistolik rata-rata 6-11 mmHg. Kombinasi DASH dan rendah garam memberikan dampak positif pada perubahan tekanan darah (Katz, D.L., 2001).

Penelitian tentang DASH yang bertujuan untuk menilai efek pola diet terhadap tekanan darah membuktikan bahwa kombinasi diet DASH dan diet rendah garam mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penurunan tekanan darah yaitu menurunkan tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi sebesar 11,5 mmHg dan diastolik sebesar 5 mmHg. Diet DASH ini dapat lebih efektif dilakukan daripada hanya menambah diet sayuran dan buah untuk pola diet rendah lemak (Appel et al., 2006 dalam Mahan , LK et al., 2012). Diet DASH baik digunakan untuk mencegah ataupun mengontrol hipertensi dan sangat bergantung pada bagaimana perencanaannya. Ada 5 prinsip yang terkandung pada perencanaan pola makan/diet DASH, yakni :

  1. Konsumsi buah dan sayur yang mengandung kalium, fitoesterogen dan serat. Konsumsi kalium (potassium) yang bersumber dari buah-buahan seperti pisang, mangga, air kelapa muda bermanfaat untuk mengendalikan agar tekanan darah menjadi normal dan terjadi keseimbangan antara natrium dan kalium dalam tubuh. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Fitoestrogen bersumber pada pangan nabati seperti susu kedele, tempe dan lain-lain, mempunyai kemampuan untuk berperan seperti hormon estrogen. Fitoestrogen dapat menghambat terjadinya menopause, menghindari gejala hotflaxes (rasa terbakar) pada wanita manapouse dan menurunkan risiko kanker. Sedangkan serat dibutuhkan tubuh terutama untuk membersihkan isi perut dan membantu memperlancar proses defekasi. Serat juga mempengaruhi penyerapan zat gizi dalam usus, manfaat serat terutama dapat mencegah kanker colon.
  2. Low-fat dairy product (menggunakan produk susu rendah lemak). Pada diet hipertensi diberikan produk susu rendah lemak, dimana susu mengandung banyak kalsium. Didalam cairan ekstra selular dan intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk mengatur transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan. Susu rendah lemak baik diberikan kepada wanita manula, tidak hanya untuk mendapat tambahan kalsium tapi juga protein, vitamin dan mineral.
  3. Konsumsi ikan, kacang dan unggas secukupnya. Intake protein yang cukup dapat membantu pemeliharaan sel, untuk membantu ikatan essential tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibody dan mengangkut zat-zat gizi.
  4. Kurangi SAFA seperti daging berlemak. Lemak jenuh bersifat arterogenik, lemak jenuh yaitu asam urat, asam palmitat, asam stearate. Seseorang dengan penyakit pembuluh darah umumnya harus membatasi konsumsi lemak jenuh berlebihan terutama dari sumber hewani seperti daging merah, lemak babi, minyak kelapa, coklat, keju, krim, susu krim dan mentega. Penimbunan SAFA dalam pembuluh darah menyebabkan timbulnya arteriosclerosis yang artinya meningkatkan tekanan darah.
  5. Membatasi gula dan garam. Membatasi garam bertujuan untuk menurunkan tekanan darah, mencegah odema dan penyakit jantung. Adapun yang disebut diet rendah garam adalah rendah sodium dan natrium. Garam dapur mempunyai nama kimia Natrium Klorida (NaCl) yang didalamnya terkandung 40% sodium. Dalam diet rendah garam, selain membatasi konsumsi garam dapur juga harus membatasi sumber sodium lainnya, antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, mono sodium glutamate (MSG) atau penyedap masakan, pengawet makanan atau natrium benzoate (biasanya terdapat dalam saos, kecap, selai, jeli).

Pada diet DASH,  kalori yang akan dikonsumsi berkisar 2.000 kkal/hari. Kalori ini berasal dari berbagai jenis makanan yaitu whole grains (6 sampai 8 sajian/hari), sayuran (4 sampai 5 sajian/hari), buah-buahan (4 sampai 5 sajian/hari), susu dan produk susu rendah atau tanpa lemak (2 sampai 3 sajian/hari), daging, unggas dan ikan (maksimal 6 sajian/hari), kacang-kacangan, biji-bijian dan polong-polongan (4 sampai 5 sajian/minggu), lemak dan oil (2 sampai 3 sajian/hari), manisan terutama yang rendah atau tanpa lemak (maksimal 5 sajian/minggu), sodium (maksimal 2,300 mg/hari).

Terdapat beberapa penelitian terkait dengan DASH dimana memaparkan bahwa diet DASH ini memiliki faktor yang besar dalam mengurangi risiko penyakit jantung koroner (Obarzanek et al., 2013). Penelitian lain yang dilakukan oleh Malloy J et al (2010) menjelaskan bahwa pemberian diet DASH sangat berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik. Diet DASH baik menurunkan tekanan darah substantial dengan pengurangan asupan natrium yang direkomendasikan sebesar 100 mmol/hari atau setara dengan 2,3 gram natrium atau 5,8 gram natrium klorida (Sacks FM, et al, 2001).

Upaya Penerapan DASH

Banyak gaya hidup dan faktor makanan terkait dengan tekanan darah tinggi, termasuk penyalahgunaan alkohol, merokok, obesitas, gaya hidup yang tidak aktif (kurangnya aktifitas fisik), rasio natrium/kalium yang tinggi, diet rendah magnesium, kalsium dan vitamin C, serta diet yang tinggi lemak jenuh (SAFA) dan rendah asam lemak esensial.

Untuk mencegah timbulnya hipertensi,  diet/gaya hidup yang dapat dilakukan adalah menormalkan berat badan (obesitas à resistensi insulin à hipertensi). Kurangi konsumsi lemak (gunakan minyak sayuran dengan kandungan MUFA dan PUFA yang tinggi). Hindari asal lemak trans yang ditemukan pada makanan komersial yang di panggang (misalnya kue kering, kue, kentang goreng, donat). Sedikit makan daging merah dan lebih banyak makan daging tanpa lemak, ikan air dingin, kacang-kacangan dan tofu untuk protein. Kurangi asupan garam (<6 gram/hari), dan batasi konsumsi alcohol (≤ 1 minuman/hari, misalnya anggur merah). Berhenti merokok dan hindari kopi atau stimulan lain. Banyak konsumsi makanan yang kaya antioksidan dan kalium (misalnya sayuran dan buah-buahan), magnesium, kalsium dan serat (> 30 gram/hari). Hindari makan olahan, seperti roti putih, pasta dan terutama gula. Mencoba untuk menghilangkan alergen makanan yang potensial (misalnya susu, gluten, pengawet). Lakukan aktivitas fisik secara teratur (> 2500 kkal/minggu), sedikitnya 30 menit setiap hari (Grober U, 2013).

DASH merupakan jenis diet sayuran dan buah yang kaya serat dan mineral tertentu seperti natrium, magnesium dan kalium serta ditambah asupan garam yang dibatasi.

  1. Natrium

Pada pembatasan natrium, kebutuhan natrium normal 500 mg/hari untuk pertumbuhan dan mengganti natrium yang keluar dari ekskresi, kebutuhan meningkat pada keadaan lembab, masa menyusui dan cuaca panas dan anjuran untuk hipertensi terkontrol tanpa diuretic < 6 gram/hari.

 

Sumber-sumber natrium dalam makanan :

–          Natrium merupakan suatu unsur alami yang terdapat pada semua bahan pangan. Daging, ikan, susu dan telur mengandung lebih banyak natrium daripada buah-buahan dan sayur-sayuran.

–          Natrium merupakan konstituen dalam garam dapur (Natrium klorida) yang lazim di sediakan di meja makan untuk menambah rasa. Natrium juga menjadi komponen beberapa bahan penyedap makanan dan aditif seperti bumbu masak (mono sodium glutamate), soda kue (natrium bikarbonat). Unsur ini juga terdapat dalam bahan pengawet makanan seperti natrium benzoate dan natrium sulfit (sendawa).

–          Kandungan natrium dalam makanan semakin meningkat dengan diterapkannya berbagai cara pengawetan seperti penambahan garam dalam pembuatan ikan asin, ebi, ham, lidah asap dan keju. Demikian pula buah-buahan dan sayuran yang diasinkan, acar dan sayuran yang disimpan dalam botol atau kaleng, berbagai jenis saus seperti taoco, saus tomat, sambal dan lain-lain.

–          Roti dan kue yang dikembangkan dengan soda kue atau natrium bikarbonat juga turut menambah konsumsi natrium bagi mereka yang memiliki kebiasaan makan roti atau kue sebagai cemilan.

  1. Rendah Garam

Selain diet natrium, dilakukan juga diet rendah garam. Diet ini dapat dipakai untuk mengatasi hipertensi ringan. Pada sebagian orang penyakit hipertensi timbul bersamaan dengan konsumsi garam yang tinggi. Untuk konsumsi sehari-hari sebaiknya membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram/hari.

Sebagian besar preparat diuretic akan mendorong ekskresi kalium di samping ekskresi natrium. Untuk mencegah terjadinya deplesi kalium selama pengobatan dengan preparat diuretic, diperlukan suplementasi unsur tersebut misalnya dengan pemberian tablet kalium seperti, aspar K dan serbuk KCL (Beck, M., 2011).

  1. Sodium

Berbagai studi mendukung bahwa menurunkan tekanan darah dan risiko CVD dengan mengurangi diet sodium.  Diet sodium pada DASH menguji pada tiga tingkat asupan sodium yang berbeda ( 1500 mg, 2300 mg , 3300 mg/hari). Dan ini dikombinasikan dengan diet DASH kepada seseorang yang mengalami pre hipertensi atau hipertensi tahap 1 (Appel 2009, dalam Mahan , LK et al., 2012). Tekanan darah terendah dicapai oleh mereka yang mengkonsumsi 1500 mg sodium pada diat DASH. Data tersebut memberikan dasar untuk pedoman diet saat ini dengan membatasi asupan sodium sampai 1500 mg/hari bagi mereka yang mengalami tekanan darah tinggi (U.S. Departement of health and Human Service, 2005 dalam Mahan , LK et al., 2012).

Bagi mereka dengan tekanan darah normal, tuntunan diet DASH merekomendasikan asupan kurang dari 2300 mg sodium, atau setara dengan 6 gram garam setiap harinya.

 

  1. Kalsium

Konsumsi atau sumplemen kalsium erat kaitannya dengan risiko timbulnya hipertensi yang lebih rendah. Suatu studi memaparkan bahwa efek dari kalsium pada tekanan darah berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi (Dickinson, 2006, dalam Mahan , LK et al., 2012). Secara mekanis, asupan kalsium yang rendah dapat meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler. Hal tersebut dapat menurunkan 1,25 vitamin D3 dan tingkat hormon paratiroid, yang menyebabkan masuknya kalsium ke dalam sel otot polos, pembuluh darah dan resistensi vaskuler yang lebih besar (Kris- Etherton et al., 2009 dalam Mahan , LK et al., 2012).

  1. Magnesium

Magnesium merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kontraksi otot halus, pembuluh darah dan berperan dalam regulasi tekanan darah sebagai vaselidator. Tingginya diet magnesium sangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah (Sontia and Touyz, 2007 dalam Mahan , LK et al., 2012). Pola diet DASH menekankan makanan yang kaya magnesium termasuk sayuran yang berwarna hijau, kacang-kacangan, roti atau sereal.

  1. Kalium

Asupan kalium yang lebih tinggi biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah. Secara khusus dosis suplemen kalium pada kisaran 1900- 4700 mg/hari akan menurunkan tekanan darah diastolik sampai 6 mmHg dan tekanan darah sistolik sampai 2 mmHg. Efek kalium akan lebih besar pada mereka yang memiliki tekanan darah tinggi pada kulit hitam dibandingkan pada kulit putih dan pada mereka yang memiliki asupan sodium tinggi. Tingginya konsumsi kalium sangat berpengaruh terhadap rendahnya risiko stroke. Efek yang lebih signifikan ditemukan untuk perbaikan diet, latihan aerobic dan pembatasan sodium serta suplemen minyak ikan pada suplementasi kalium. Banyaknya buah dan sayuran direkomendasikan dalam diet DASH memudahkan untuk memenuhi kebutuhan kalium sekitar 4,7 gram/hari (ADA, 2009 dalam Mahan, LK et al., 2012). Sumber kalium ada pada buah rasa asam, apricort, pisang, kismis, kacang kedelai segar, kacang kering, ubi, keju, unggas, susu low-fat, ikan, daging. Menurut Hartono, A (2012) ada beberapa prinsip diet yang berhubungan dengan upaya pencegahan hipertensi yaitu :

  1. Upaya mempertahankan berat badan ideal/normal menurut tinggi badan dengan IMT yang baik melebihi 22 dan lingkaran perut yang tidak lebih dari 90 cm pada laki-laki serta 80 cm pada perempuan.
  2. Penerapan diet DASH yang kaya serat pangan dan mineral tertentu disamping diet rendah garam, rendah kolesterol lemak terbatas serta diet kalori seimbang menurut penyakit penyertanya (hipertensi, displidemia serta diabetes mellitus).
  3. Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram/hari dengan memperhatikan pemberian mineral seperti kalsium, kalium dan magnesium menurut angka kecukupan gizi (AKG). Asupan kalsium per hari menurut AKG 800 mg/hari untuk laki-laki dan 1000 mg/hari untuk perempuan.
  4. Membatasi bahan aditif pangan yang kaya akan natrium (MSG, sodium bikarbonat, sodium nitrit, sodium benzoate) termasuk makanan 7S (snack, saus, sup yang dikalengkan, salted meat/fish, smoked meat/fish, seasonings dan sauerkraut).
  5. Olahraga secara teratur.

Dalam keseharian diet ini dapat dimodifikasi dengan gaya hidup termasuk aktivitas fisik secara teratur, menghindari kelebihan berat badan, membatasi natrium, dan melakukan diet DASH. Karena diet DASH dapat membantu mencegah dan mengontrol peningkatan tekanan darah (Mahan , LK et al., 2012).

DAFTAR PUSTAKA

 

Beck, ME. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Penerbit: Yayasan Estentia Medika (EYM). Yogyakarta. Hal : 245-252.

 

Eschleman MM. 1991. Introductory Nutrition and Diet Therapy second edition. Penerbit: J.B Lippincott Company. Hal 436-446

 

Grober, U. 2013. Mikronutrien Penyelarasan Metabolik, Pencegahan, dan Terapi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 267-268.

 

Hartono, A. 2012. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal. 164-165.

 

Jafar, Nurhaedar. 2010. Hipertensi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar

 

Katz, DL. 2001. Nutrition in Clinical Practise. Penerbit: Lippincott Williams and Wilkins. Hal: 77-82.

 

Lanny Sustrani, dkk. 2006. Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama

 

 

Mahan LK, Stump SE, Raymond JL. Krause’s Food and The Nutrition Care Process Ed 13. Penerbit : Elsevier. Hal 758-769.

 

Malloy J et al. 2010. Effect of the DASH Diet on Pre-and Stage 1 Hypertensive Individuals in a Free-Living Environment. Nutritions and Metabolic Insight 2010: 3 15-23.

 

Obarzanek et al. Effects on blood lipids of a blood pressure–lowering diet: the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) Trial. Am J Clin Nutr. 2013; 80-89

 

Rahajeng E & Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia vol. 59 no.12: 580-587

 

Riskesdas. (2007). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta.

 

Sacks FM et al. 2001. Effect on Blood Pressure of reduce Dietary Sodium and The Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) Diet. The New England Journal of Medicine, vol. 344, No.1 : 3-10

 

Sugiharto, Aris. 2007. Faktor-Faktor Risiko Grade II pada Masyarakat. Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro

 

Syahrini E, dkk. 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Keseharan Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Hal 315-325

 

Tedjasukmana, P. 2012. Tata Laksana Hipertensi. Cermin Dunia Kedokteran-192/vol. 39 no.4 hal: 251-255

Tinggalkan komentar